Sunday, December 26, 2021

Diduga Aliran Anak Sungai Pertambangan Batu Bara Genangi Perkebunan Karet Milik Warga, Miris Sadap Karet Gunakan Prahu Dari Ban Mobil


Lahat,Sahabatsiber,Com - Kehadiran Perusahaan Pertambangan Batubara di wilayah Kabupaten Lahat tidak sepenuhnya dirasakan hal yang positif oleh masyarakat sekitarnya. 

Salah satunya peristiwa yang dialami Risma, Apriansyah, Toni Iskandar serta Mawardi warga Desa Ulak Pandan Kecamatan Merapi Barat ini cukup membuat miris dan pilu karena lahan perkebunan karet miliknya terendam oleh aliran anak sungai yang diduga hasil produksi dan operasional pertambangan batubara.

Apriansyah (35) salah satu pemilik kebun karet yang juga mengalami hal serupa, dirinya sebelumnya sudah melapor ke dinas terkait namun hingga saat ini tidak ada penyelesaian sama sekali.  Kebun karet kami terendam oleh aliran anak sungai yang yang diduga milik Pertambangan Batu Bara. 

" Lahan saya terendam sudah empat tahun , kebun karet saya tidak bisa panen lagi, saya susah mencari  uang sekarang," katanya sedih saat menceritakan pristiwa yang di alami nya kepada awak media. 

Masih kata Apriansyah, dengan kondisi kebun karet yang terendam saat ini, pemilik lahan harus menyadap karet dengan menggunakan ban dalam mobil yang digunakan sebagai perahu agar terapung.

" Menyadap karet sekarang harus pakai perahu dari ban dalam bekas. Jadi saat menyadap karet mereka dalam kondisi terapung. Tidak bisa lagi menjejakan kaki ditanah karena kedalaman genangan air ada yang mencapai 2 sampai 3 meter," jelasnya.

Lahan kebun Karet Milik Risman (57) warga Desa Ulak Pandan Kecamatan Merapi Barat. Dia mengatakan lahan miliknya memang  sempat dibeli sekitar setengah hektar, namun sebagian lahan miliknya yang masih dikelola juga ikut terendam. 

" Aliran anak  air Sungai Tebak Kebut disekitar kebun miliknya ditututup oleh perusahaan tambang batubara. Sehingga meluap ke kebun karet. Sedih saya pak ," ucapnya.

Hasil penelusuran awak media ketika dilapangan, tampak pohon karet milik warga tersebut terendam air berwarna coklat pekat dengan kedalaman bervariasi.

Selanjutnya Toni Iskandar (40)  warga desa Ulak Pandan juga merasakan kesedihan tersebut, kebun karet miliknya digenangi air dan akhirnya rusak dan tidak bisa disadap lagi.

"Kami masyarakat yang berkebun harus mengadu dengan siapa pak. Kami sudah tidak tahu harus kemana lagi. Kami ingin keadilan," sampainya saat dibincangi wartawan. (MC) 

No comments:

Post a Comment